Tradisi Perang Pandan Di Bali

Tidak hanya alamnya yang cantik, kebudayaan Bali juga tidak kalah  menarik. Salah satunya ritual Mekare-kare atau Perang Pandan  di Desa adat Tenganan, Bali.

Jhonlin Group, Sibuta, Tradisi Perang Pandan Bali, Kalimantan Selatan, Batulicin, h isam
Bali memiliki beragam tradisi unik, salah satunya tradisi Perang Pandan yang diadakan setiap tahun di desa Tenganan yaitu sebuah desa Bali Aga yang berada di kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi perang pandan atau dalam bahasa Bali disebut dengan Mekare-kare dilakukan oleh pemuda dengan berpakaian adat Bali dengan bertelanjang dada. Tradisi ini diawali dengan melakukan ritual mengelilingi desa untuk memohon perlindungan dan keselamatan untuk sukses acara ini diselenggarakan.

Perang pandan adalah upacara yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau Dewa Perang dan leluhur. Upacara ritual ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni di Desa Tenganan, yang terletak di 70 km timur dari Denpasar, Bali. Sebelum Perang Pandan dimulai, diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Kemudian tuak tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dibuang kesamping panggung. Saat upacara Perang Pandan akan dimulai, Mangku Widia pemimpin  adat di Desa Tenganan memberi aba-aba dengan suaranya, lalu dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Penengah layaknya wasit berdiri di antara dua pemuda ini.

Dengan menggunakan daun pandan berduri, dua orang pemuda desa akan saling bertarung. Duri-duri pandan itu pun menyayat tubuh keduanya. Bahkan, ada yang luka dan berdarah. Meskipun darah mengucur dari punggung dan bagian tubuh yang lain, mereka tampak senang menjadi bagian dari ritual yang digelar setiap bulan kelima penanggalan Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Meski begitu, mereka mempunyai obat anti septik dari bahan umbi-umbian yang akan diolesi ke luka tersebut. Hingga akhirnya luka akan mengering dan sembuh. Ini bukanlah perang sungguhan, melainkan hanyalah tradisi masyarakat Desa Teganan. Banyak turis  yang datang menyaksikan ritual kebudayaan ini. Inilah salah satu tradisi yang menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara.Tak jarang, banyak wisatawan yang penasaran dengan Perang Pandan bahkan ada juga wisatawan yang berdarah karena duri daun pandan saat pelaksanaan ritual.