Banda Neira ‘The Spice Island’ PESONA TIMUR INDONESIA YANG TERSEMBUNYI
Perjalanan yang ditempuh memang sangat lama menuju pulau ini. Tapi setibanya di sana, surga bawah laut siap menyambut pengunjungnya.
Indonesia dicintai oleh penjajah karena rempah-rempahnya yang melimpah. Tanaman ini menjadi komoditas yang sangat berharga di masa kolonial.Kini rempah-rempah adalah bumbu utama dari kenikmatan masakan Indonesia. Selain rempah,pulau ini dikenalsebagai tempat pengasingan Bung Hatta, Bung Sjahrir, dr. Tjipto Mangunkusumo dan Iwa Koesuma Soemantri pada masa perjuangan kemerdekaan. Banda Neira “The Spice Island”, demikian kita mengenalnya.
Meskipun bukan pulau terbesar, namun pulau yang menjadi ibukota Kecamatan Banda ini menyimpan berbagai obyek wisata alam, sejarah, dan bahari yang bagus untuk dikunjungi.Keindahan pulau ini sudah cukup lama dikenal sejak 1980-an.Bahkan ternyata beberapa tokoh dunia pernah menginjakkan kakinya di Banda Neira antara lain Jacques Cousteau,Pangeran Bernard, Mick Jagger dan Putri Diana. Perjalanan ke Banda Neira mengingatkan kembali kenangan masa lampau saat saya masih kecil bermain di air laut yang bening bersama kawan-kawan. Dengan letak Banda Neira yang berada di tenggara kota Ambon, pilihan transportasi hanya ada dua yaitu melalui laut dan udara. Sayangnya, tidak setiap hari transportasi ini tersedia. Untuk penerbangan, mereka hanya beroperasi satu atau dua minggu sekali dan terbang di bawah jam 10 pagi. Sebab cuaca dan angin di Banda Neira sulit diprediksi ketika siang hari.
Birunya langit dan bentangan Laut Banda akan membuat Anda berdecak kagum dalam penerbangan menuju Banda Neira. Jika cuaca tetap cerah selama perjalanan, menjelang mendarat di landasan Banda Neira terlihat jelas Gunung Api yang ada di depan jelas dan berdiri kokoh seperti mengucapkan ‘Selamat Datang’ di Banda Neira. Sedangkan untuk transportasi laut, Anda bisa menggunakan kapal feri yang telah disediakan PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia).Namun kapal ini hanya beroperasi dua kali seminggu.
Ketika Anda tiba di Banda Neira, jangan kaget jika di sepanjang jalan Anda melihat jalanan banyak dengan pala yang sedang dijemur oleh masyarakat. Dulunya pala memang menjadi daya tarik bagi koloni seperti Portugis, Belanda,Spanyol dan Inggris. Mereka berlomba-lomba dan rela mengarungi lautan menuju Banda demi menguasai perdagangan rempah-rempah Indonesia.
Kunjungan pertama saya bersama rekan -rekan adalah ke Benteng Belgica. Belgica merupakan benteng VOC yang dibangun di atas sebuah bukit. Letaknya di sebelah barat daya Pulau Neira dengan ketinggian 150 meter dari permukaan laut. Sungguh mengagumkan melihat pemandangan di sekeliling di benteng yang dibangun pada tahun 1611 di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Pieter Bot ini.Benteng Belgica dibangun dengan gaya bangunan pentagon persegi lima yang berada di atas bukit, tapi jika dilihat dari semua penjuru hanya akan terlihat 5 buah sisi. Berbeda saat Anda melihat benteng ini dari udara karena akan nampak seperti Gedung Pentagon Amerika Serikat. Oleh sebab itu,orang-orang menjulukinya “The Indonesian Pentagon”.
Konstruksi bentengnya sendiri terdiri atas dua lapis bangunan.Untuk memasukinya,kita harus menggunakan tangga semacam tangga hidrolik.di bagian tengah benteng terdapat ruang terbuka yang luas untuk para tahanan.Di tengah ruang terbuka itu,pengunjung bisa melihat dua buah sumur rahasia yang konon menghubungkan benteng dengan pelabuhan dan Benteng Nassau yang berada di tepi pantai.Menurut sejarah,benteng ini sebenarnya merupakan salah satu benteng peninggalan Portugis yang awalnya berfungsi sebagai pusat pertahanan.Tahun 1622 oleh JP Coen benteng ini diperbesar dan diperbesar lagi pada tahun 1667 oleh Cornelis Speelman.Ia ,memugar dan menjadikan benteng ini sebagai markas militer Belanda hingga tahun 1860.
Setelah puas menikmati pemandangan dari benteng Belgica,kami melanjutkan mengunjungi bangunan yang dulunya menjadi tempat tinggal gubernur VOC, Istana Mini. Dari istana ini Anda dapat melihat jernihnya hamparan pantai biru dan pulau Banda Besar. Disekitarnya terdapat berbagai rumah besar yang menjadi tempat tinggal petinggi orang Eropa yang datang ke Banda. Barangkali ketika Anda menyusuri kota ini,Anda seperti merasakan berjalan-jalan di Eropa karena banyaknya bangunan arsitektur Eropa di sekeliling Anda.Sekeluarnya dari Istana Mini, kami langsung menuju sebuah rumah yang berisi berbagai peninggalan penjajah. Letak rumah ini berada tepat disisi kiri rumah pengasingan salah satu tokoh pejuang nasional, Sultan Syahrir.
Setibanya kami di rumah Budaya, kami disuguhi barangbarang peninggalan VOC seperti berbagai jenis meriam dan beberapa lukisan yang menceritakan situasi pada zaman tersebut. Selain itu Rumah Budaya juga memiliki koleksi barang antik peninggalan masa kolonial Belanda seperti meriam, uang kuno, dan helm yang digunakan dahulu kala.Terpajang pula satu set Gramofon bertenaga pegas yang masih berfungsi dengan baik. Rumah lainnya yang menjadi daya tarik pulau ini ialah rumah pengasingan sang proklamator,Bung Hatta. Kondisi bangunannya pun masih terawatt dengan baik. Di dalamnya terdapat ruang kamar Bung Hatta,beberapa barang peninggalan, meja dan kursi tempat beliau mengajar serta foto-foto yang menceritakan masa-masa beliau saat di pengasingan.
Selain rumah pengasingan sang proklamator, kami menyempatkan mengunjungi Pulau Run yang mempunyai sejarah yang mencengangkan. Pasalnya, pulau Run yang hanya pulau kecil ini pada masanya pernah ditukar dengan pulau Manhattan beserta kotanya New York , Amerika Serikat demi pohon pala. Pada awal abad ke-17, pulau Run menjadi satusatunya pulau yang ditumbuhi pohon pala. Pala yang diperebutkan oleh Belanda dan Inggris ini dapat menghasilkan rempah-rempah yang kaya manfaat.
Meskipun hingga kini pulau Run masih menjadi penghasil pala terbesar (Indonesia menguasai 70% produksi pala dunia),namun negara kita belum dapat menjadi penentu harga pala dunia. Dan sayangnya, pesona alam pulau ini pun belum banyak yang melirik.
Selain pala, pulau Run juga memiliki keindahan alam perairan dan bawah laut yang sangat menawan. Perairan sekitar pulau kecil ini memiliki 3 titik penyelaman yaitu Tanjung Lokon, Tanjung Nailaka, Tanjung Noret dengan pesona terumbu karang dan biota laut lainnya yang menawan untuk para divers. Titik menyelam ini merupakan surga bagi mereka yang menggilai aktifitas menyelam. Selain menyelam,Anda juga bisa melakukan snorkeling untuk menikmati indahnya terumbu karang dengan berbagai bentuk. Di taman bawah laut ada sekitar 350 jenis biota laut yang dapat kita lihat termasuk ikan, kerang purba, rumput laut, Moluska,Gurita, Udang, Kepiting, penyu, dan terumbu karang.
Lelahnya menyusuri pulau Banda Neira dapat Anda bayar dengan menikmati aneka kuliner khas pulau rempah ini seperti ikan kerapu kuah pala banda. Ikan ini memiliki cita rasa gurih pedas dan asam dan biasa disajikan dengan urap daun pepaya dan ikan kakap merah bakar. Kuliner lainnya yang tidak boleh Anda lewatkan adalah sup ikan, sayur ulangulang dengan saus kenari, terong bumbu kenari dan sambal bekasang. Banda Neira secara tidak langsung membawa kita untuk melihat masa silam sebelum kemerdekaan. Siapapun yang telah menapakkan kaki di pulau ini, pasti dia enggan berpaling dan terus mencari keindahan yang tersembunyi.