Intangible Asset Itu Bernama Karyawan
Seorang rekan mengutarakan kesulitannya kepada saya tentang cara mengukur Return inInvestment (RoI) untuk setiap pelatihan yang dilakukan di perusahaannya. Katanya, diperusahaan tempat dia bekerja, selalu menuntut agar setiap biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia harus dihitung pengembalian investasinya. Tentu saja dia beralasan agar perusahaan tidak rugi.
Saya coba menjelaskan secara sistematis kepada rekan saya, bahwa investasi yang dikeluarkan perusahaan yang seperti itu adalah dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan menumbuhkan iklim kerja yang kondusif, yang akan bermuara pada pendapatan atau lebih jauh lagi terhadap keuntungan perusahaan.
Pimpinan perusahaan pada umumnya meyakini bahwa iklim organisasi yang kondusif dan karyawan yang berpengetahuan merupakan modal yang sangat penting bagi perusahaan. Iklim kerja dan pengetahuan keryawan yang tidak kasat mata biasa disebut sebagai intangible asset. Intangible asset sangat jarang memiliki dampak secara langsung terhadap hasil keuangan, seperti meningkatnya pendapatan atau menurunnya biaya, atau meningkatnya keuntungan bagi perusahaan. Sehingga hal-hal demikian akan sangat sulit jika di kwantifisir dalam satuan keuangan atau dinilai secara Rupiah.
Pakar manajemen seringkali menjelaskan tetang pentingnya mengolah intangible asset ini. Bahwa karyawan yang kompeten dan puas dengan tempat kerjanya akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Pelanggan yang mendapatkan pelayanan yang memuaskan akan menjadikan pelanggan tersebut menjadi pelanggan yang loyal. Pelanggan yang loyal akan memberikan kontribusi pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan.
Kaplan dan Norton melalui konsep balanced score card menjelaskan dalam peta srateginya. Kedua pakar ini mengatakan bahwa meningkatan kwalitas intangible asset hanya akan mempengaruhi hasil keuangan setelah melalui rantai hubungan sebab akibat terlebuh dahulu. Misalnya; seorang karyawan mendapatkan pelatihan quality management dan six sigma, tidak akan mempengaruhi hasil keuangan perusahaan. Namun mereka akan berpengaruh secara langsung terhadap proses bisnis. Meningkatkanya kualitas dalam proses bisnis inilah yang akan meningkatkan kepuasaan pelanggan, kepuasan pelanggan akan meningkatkan loyalitas pelanggan dan pada akhirnya pelanggan-pelanggan yang loyal yang akan meningkatkan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang.
Selanjutnya Kaplan dan Norton lebih detail menjelaskan hubungan sebab akibat dari perspektif intangible asset dalam organisasi. Intangible asset berupa orang dan organisasi dakan berkontribusi dalam peningkatan kwalitas proses bisnis. Proses bisnis yang berkwalitas akan meningkatkan kwalitas dan pelanggan.
( Ditulis Oleh : Sapto Winardi, Group Controlling Officer, Jhonlin Group )