MEMINIMALISIR KECELAKAAN KERJA DENGAN PENERAPAN ERGONOMI
Lingkungan kerja yang kondusif tentu akan menghasilkan kepuasan kerja tapi apakah indikator dari kenyamanan suatu pekerjaan? Apakah hanya dilihat dari nominal saja atau fasilitas yang diperoleh?
Suara Aliansyah, unit TDS S.H.E Jhonlin Group sudah terdengar ketika memasuki ruang meeting Jhonlin Group 15 Desember. Dengan gaya semangatnya ia memandu acara pelatihan ergonomis yang dihadiri oleh all unit Jhonlin Group . Sebelum masuk ke inti acara, seperti biasa terlebih dahulu mereka memilih ketua kelas untuk mengingatkan audience saat memasuki jam istirahat dan makan siang. Setelah itu, acara dibuka dengan sepatah dua patah kata dari Group Safety S.H.E Jhonlin Group, Efgar Welmar.
Beberapa menit berlalu, dr. Gusriadi tim health S.H.E Jhonlin Group unit Kintap mulai memberikan materi kepada peserta.Pengertian ergonomi ialah penerapan informasi mengenai sifat-sifat, kapasitas dan keterbatasan manusia untuk merancang tugas manusia, mesin, sistem mesin, ruang tempat tinggal, dan lingkungan sehingga orang dapat tinggal, bekerja dan bermain secara aman, nyaman dan efisien. Area yang termasuk area ergonomis adalah industri, rumah, lalu lintas serta area olahraga.
Mengapa harus diterapkan ergonomi? Sebab ergonomi dapat mengurangi potensi kecelakaan kerja, membantu meningkatkan kinerja karyawan mengurangi angka absensi dan mendukung peningkatan produktivitas. Selain itu ada keuntungan yang didapatkan oleh karyawan jika menerapkannya dengan baik yakni penurunan resiko cedera peningkatan produktivitas, penurunan kesalahan hingga dapat peningkatan moral. Berikut ini ada 3 kondisi yang menerapkan ergonomi dalam pekerjaannya:
1.Kondisi Tolerable
Kondisi dimana tidak ada efek, sepanjang yang saat ini diketahui membahayakan hidup dan kesehatan manusia
2.Kondisi Acceptable
Orang yang terlibat sukarela setuju (berdasar pengetahuan ilmiah saat ini serta pada keadaan sosial,teknologi dan organisasi yang berlaku)
3.Kondisi Optimal
Kondisi yang sangat disesuaikan dengan ciri2 manusia, kemampuan,dan keinginan bahwa kesejahteraan fisik, mental dan sosial dapat tercapai.
Selain kondisi, dr. Gusriadi juga menyebutkan jika ergonomi kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor seperti:
1.Manusia
Kemampuan, pengetahuan dan kedisiplinan
2.Alat
Mesin, peralatan, alat pendukung
3.Lingkungan
Fisik ( suhu panas, suhu dingin, vibrasi), psikis (kebosanan,stress, gangguan tidur), kimia
4.Metode
Cara kerja dan prosedur (SOP)
Faktor-faktor di atas dapat menjadi sumber bahaya, misalnya tenaga yang berlebihan dalam penggunaan alat yang berpotensi menimbulkan celaka, cara kerja kita yang kak atau penggunaan postur tubuh yang tidak ergonomi, keadaan alat yang kita gunakan hingga lingkungan kerja yang dapat mencelakakan kita. Hal-hal inilah yang harus diketahui dan disebarkan kepada karyawan agar dalam kerjanya mereka dapat menerapkan cara kerja yang nyaman dan tidak mencelakakan diri sendiri.
Aliansyah, unit TDS berharap agar training ini dapat memberikan ilmu yang baik bagi karyawan khususnya dalam keamanan serta kenyamanan bekerja. Tujuannya tentu agar dalam bekerja kita menjadi pribadi yang sehat dan produktif.Acara ditutup dengan mengadakan post test bagi peserta setelah materi selesai.