Semua Orang Harus Tahu CPR!!!
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penderita penyakit jantung yang tinggi serta kecelakaan kerja disemua sektor seperti transportasi, industry, rumah tangga, maupun bencana alam yang mengakibatkan penderita memerlukan penanggulangan awal tanpa menunggu petugas medis. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat mengetahui apa itu Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). Berikut penjelasan seputar CPR oleh dr. Muhammad Irfan Djafar, M.EDM, Manajer Pelayanan Medik dan Keperawatan RS. Marina Permata.
Penyakit Jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Diperkirakan semakin banyak orang yang meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah dibandingkan dengan penyakit lainnya. Dari survey yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2004, diperkirakan sebanyak 17,1 juta orang meninggal (29,1% dari jumlah kematian total) karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Dari kematian 17,1 juta orang tersebut diperkirakan 7,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Ditahun 2030, WHO memperkirakan akan terjadi 23,6 juta kematian karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Asia Tenggara merupakan daerah yang mengalami peningkatan tajam angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Manifestasi komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal adalah kejadian henti jantung mendadak. Sampai saat ini kejadian henti jantung mendadak merupakan penyebab kematian tertinggi di Amerika dan Kanada. Walaupun angka insiden belum diketahui secara pasti, pusat pengendalian pencegahaan dan kontrol penyakit Amerika Serikat memperkirakan sekitar 330.000 orang meninggal karena penyakit jantung koroner di luar rumah sakit atau di ruang gawat darurat. 250.000 diantaranya meninggal diluar rumah sakit. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, hanya disebutkan prevalensi nasional penyakit jantung sebesar 7,2%, namun angka kejadiaan henti jantung mendadak belum didapat.
Kondisi tersebut bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti jantung mendadak tersebut disaksikan, maka tindakan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Bantuan Hidup Dasar Harus secepatnya dilakukan. Berdasarkan penelitian, Bantuan Hidup Dasar akan memberikan hasil yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit pertama saat penderita diketahui tidak sadarkan diri. Sebab, jika dilakukan setelah 5 menit, maka penderita akan mengalami kerusakan otak dan bahkan kematian.
Pada umumnya waktu yang diperlukan setelah dilakukan permintaan tolong awal dengan jarak antara sistem pelayanan kegawatdaruratan medis serta lokasi kejadian akan memakan waktu lebih dari 5 menit, sehingga untuk mempertahankan angka keberhasilan yang tinggi, tindakan Bantuan Hidup Dasar bergantung terhadap pelatihan umum yang diberikan terhadap kaum awam.
Tindakan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Bantuan Hidup Dasar merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap penderita yang menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat pelayanan kesehatan secara paripurna.Tindakan Bantuan Hidup Dasar umumnya dilakukan oleh paramedik, namun di Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, kanada serta Ingris dapat dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.Tindakan Bantuan Hidup Dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan diluar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut,sehingga tindakan Bantuan Hidup Dasar dapat dilakukan diluar rumah sakit tanpa menggunakan peralatan medis.
Keberhasilan pertolongan yang dilakukan ditentukan oleh kecepatan dalam memberikan tindakan awal Bantuan Hidup Dasar. Para ahli berpikir bagaimana cara untuk melakukan suatu tindakan Bantuan Hidup Dasar yang efektif serta melatih sebanyak mungkin orang awam dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut secara baik dan benar. Oleh karena itu pula, hampir rata-rata di setiap negara maju memiliki standar tindakan Bantuan Hidup Dasar masing-masing.
Bantuan Jantung Hidup Dasar sebenarnya sudah sering didengar oleh masyarakat awam di Indonesia dengan nama Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP). Program pelatihannya bersifat sangat bisa diajarkan ke masyarakat terbuka, tidak memandang jenis kelamin atau umur. Pelatihan program Bantuan Hidup Dasar mencakup faktor resiko penyakit jantung koroner, pencegahan primer serta mengetahui atau mengenali tanda-tanda orang yang sedang terkena serangan jantung. Lebih diharapkan lagi jika peserta juga benar-benar mengetahui bahwa penyakit jantung koroner, stroke serta beberapa penyakit pengerasan pembuluh darah berkaitan dengan prilaku hidup yang tidak sehat seperti pola nutrisi, merokok, sters serta aktifitas fisik yang rendah.
Dalam melaksanakan Bantuan Hidup Dasar kita mengenal istilah penolong utama (emergency first responder) antara lainpolisi, petugas pemadam kebakaran serta petugas keamanan lainnya. Jika memungkinkan, mereka diberikan pelatihan supaya mampu menolong orang dewasa maupun anak, serta mampu mengoperasikan AED. Selain itu, program pelatihan Bantuan Hidup Jantung Dasar dapat diberikan kepada pengelola tempat kerja dengan resiko tinggi atau terhadap keluarga yang memiliki resiko tinggi terkena serangan jantung (misalnya penderita dengan penyakit jantung dan aritmia berbahaya).
Bantuan Hidup Dasar
Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua kompenen utama, yaitu komponen Bantuan Hidup Jantung Dasar serta komponen Bantuan Hidup Jantung Lanjut sebagai perlengkapan jika Bantuan Hidup Jantung Dasar berhasil dilakukan.
Bantuan Hidup Jantung Dasar umumnya tidak menggunakan obat-obat dan dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring dengan perkembangan pengetahuan di bidang kedokteran, maka pedoman Hidup Jantung Dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami perbaikan dibandingkan sebelumnya. Bulan Oktober 2010, American Heart Association (AHA) mengeluarkan pedoman baru Bantuan Hidup Jantung Dasar dewasa. Dalam Bantuan Hidup Jantung Dasar ini, terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan panduan Bantuan Hidup Jantung Dasar yang telah dikenal sebelumnya, seperti:
- Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penilaian respons penderita dan tidak adanya napas.
- Perintah “Look, Listen and feel“ dihilangkan dari algoritma Bantuan Hidup Dasar.
- Penekanan bantuan komprensi dada yang berkelanjutan dalam melakukan resusitasi jantung paru oleh tenaga tidak terlatih.
- Perubahan urutan pertolongan Bantuan Hidup Dasar dengan mendahulukan kompresi sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan dengan ABC)
- Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) yang efektif dilakukan sampai didapatkan kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi.
- Peningkatkan fokus metode untuk meningkatkan kualitas CPR yang lebih baik.
- Penyerderhanaan algoritme Bantuan HIdup Dasar.
Komponen yang harus dikuasi sebelum melakukan bantuan hidup dasar adalah pengetahuan untuk menilai keadaan penderita, teknik penilaian pernapasan yang baik serta pemberian ventilasi buatan yang baik dan benar, dilanjutkan dengan teknik kompresi dada yang baik dan frekuensi kompresi yang adekuat, serta penggunaan Automated External Defibrilator (AED) jika memang tersedia. Selain komponen pengetahuan serta teknik yang telah disebutkan di atas, penolong pertama yang melakukan Bantuan Hidup Dasar juga harus menguasai teknik mengeluarkan benda asing pada obstruksi (sumbatan) jalan napas.
Apabila kita dapat melakukan Bantuan Hidup Jantung Dasar dengan baik dan tepat, maka kita dapat mengharapkan bahwa:
- Henti jantung dapat dicegah dan perujukan dapat cepat dilaksanakan
- Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan kompresi dan AED (jika tersedia).
- Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah keotak dapat terpelihara selama dilakukan bantuan sampai bantuan lanjut tiba.
Dalam pelatihan ini, akan diajarkan Bantuan Hidup Jantung Dasar menggunakan rekomendasi yang dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010 yang dikenal dengan mengambil 3 rantai pertama dari 5 Rantai Kelangsungan Hidup.
Rantai Kelangsungan Hidup
Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh America Heart Association, Rantai Kelangsungan Hidup memiliki lima komponen utama yaitu:
- Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi system gawat darurat segera (Early access)
- Resusitasi Jantung Paru segera (Early CPR)
- Defibrilasi segera (Early Defibrillation), Jika tersedia
- Perawatan kardiovaskular lanjutanyang efektif (Effective ACLS)
- Penanganan terintegrasi pascahenti jantung (Integrated Post Cardiac Arrest Care)
- Rantai Pertama: Pengenalan Kejadian Henti Jantung adan Aktivasi Sistem Gawat Darurat Segera
Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada atau kesulitan bernapas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau penolong menghubungi layanan gawat darurat memegang peranan awal yang penting dalam rantai ini.
Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai berikut:
- Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak kesistem gawat darurat.
- Informasinkan segera kondisi penderita sebelum melakukan CPR pada orang dewasa atau sekitar satu menit setelah memberikan pertolongan CPR pada bayi dan anak.
- Penilaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung
- Idenfikasi tanda henti jantung atau henti napas
- Rantai Kedua: Resusitasi Jantung Paru Segera (Early CPR)
Kompresi dada dilakukan segera jika penderita mengalami keadan henti jantung. Kompresi dada sendiri dilakukan dengan melakukan tekanan dengan kekuatan penuh serta berirama di setengah bawah tulang dada.Tekanan ini dilakukan untuk mengalirkan darah serta mengantarkan oksigen ke otak dan miokardium (otot jantung).
Pernapasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada dengan cara memberikan napas dalam waktu satu detik sesuai volume tidal (volume udara saat inspirasi atau ekspirasi normal) dan diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kali kompresi dada.
Untuk kasus trauma, tenggelam dan overdosis pada dewasa atau anak, sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama 1 menit sebelum menghubungi sistem gawat darurat.
- Rantai Ketiga : Defibrilasi Segera (Early Defibrillation)
Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan hidup penderita. Alat automated external defibrillator (AED) jika digunakan oleh orang yang terlatih dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup diluar rumah sakit. Waktu antara penderita kolaps dan dilaksanakan defibrilasi merupakan saat kritis. Angka keberhasilan menurun sebanyak 7-10% setiap menit keterlambatan penggunaan defibrilator.
- Rantai Keempat : Perawatan Kardiovaskular Lanjutan yang Efektif
Pertolongan lebih lanjut oleh paramedik di tempat kejadian merupakan rantai penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung.Petugas Advance Cardiac Life Support (ACLS) membawa alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk mengontrol aritmia dan stabilisasi penderita untuk dirujuk ke rumah sakit.
ACLS memiliki 3 tujuan dalam penyelamatan henti jantung :
- Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen lanjut jalan napas, pemberian napas dan pemberian obat-obatan.
- Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi.
- Memberikan defibrilasi jika terjadi Ventrikel Fibrilasi (VF), mencegah fibrilasi berulang dan menstabilkan penderita setelah resusitasi.
- Rantai Kelima : Penanganan Terintegrasi Pascahenti Jantung
Dalam pedoman CPR yang dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010 mulai diperkenalkan kepentingan pelayanan sistematis dan penatalaksanaan multispesialistik bagi penderita setelah mengalami kembalinya sirkulasi secara spontan (Return Of Spontaneous Circulation, ROSC).
Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Bantuan Hidup Dasar adalah pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, CPR segera serta defibrilasi segera.
Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang paling dekat jika menyaksikan seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak.Tidak seperti mitos yang sering kita dengar, untuk kondisi penderita seperti di atas, CPR merupakan tindakan yang tidak berbahaya.Lebih berbahaya bagi penderita jika penolong tidak bertindak apa-apa.
Kualitas CPR harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik melalui menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada.Petugas kesehatan memegang peranan penting dalam perkembangan sistem pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskular (emergency cardiovascular care system) serta pendidikan kepada masyarakat awam dan tampilan Bantuan Hidup Dasar (performance of BLS) pada berbagai situasi klinis. Oleh karena itu, semua orang harus tahu CPR!