Tradisi “Aluk To Dolo” Di Tana Toraja

Budaya masyarakat Tana Toraja menjadi salah satu lambang pariwisata Indonesia di dunia.

Jhonlin Group, Sibuta, Kalimantan Selatan, Tanah Bumbu, Batulicin, h isam
Tana Toraja merupakan salah satu daya tarik wisata paling populer di Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan. Masyarakat Toraja menganut “aluk” atau adat yang merupakan kepercayaan, aturan dan ritual tradisional ketat yang ditentukan oleh nenek moyangnya. Meskipun saat ini mayoritas masyarakat Toraja banyak yang memeluk agama Protestan atau Katolik tetapi kepercayaan animisme yang dikenal sebagai “Aluk To Dolo” tradisi-tradisi leluhur dan upacara ritual masih terus dijalankan.

Beberapa kebudayaan yang menarik yang dimiliki tempat ini antara lain Rumah adat Tongkonan, Upacara pemakaman Rambu Solo, Perkuburan Gua Londa, Perkuburan Batu Lemo atau Perkuburan Bayi Kambira. Yang paling unik dari kebudayaan masyarakat Toraja yakni dengan dibuatnya pemisahan yang jelas antara upacara dan ritual yang terkait dengan kehidupan dan kematian.

Namun pada edisi ini kami akan bercerita seputar upacara adat yang ada di Tanah Toraja. Tana Toraja memiliki dua jenis upacara adat yang populer yaitu Rambu Solo dan Rambu Tuka. Rambu Solo merupakan upacara pemakaman sementara Rambu Tuka adalah Upacara atas rumah adat yang baru direnovasi. Khusus Rambu Solo, masyarakat Toraja percaya tanpa upacara penguburan ini maka arwah orang yang meninggal akan memberikan kemalangan kepada orang-orang yang ditinggalkannya. Orang yang meninggal hanya dianggap seperti orang sakit, karenanya masih harus dirawat dan diperlakukan seperti masih hidup dengan menyediakan makanan, minuman, rokok, sirih atau beragam sesajian lainnya. Upacara pemakaman Rambu Solok adalah rangkaian kegiatan yang rumit dimana terdapat ikatan adat dan biaya yang tidak sedikit dengan persiapan berbulan-bulan sampai upacara dilakukan. Puncak upacara Rambu Solok biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus, jadi tubuh orang yang meninggal dibungkus kain dan disimpan di rumah leluhur atau tongkonan. Saat upacara ini, orang Toraja yang merantau akan pulang kampung dan mengikuti rangkaian upacara pemakaman. Bertepan dengan itu juga wisatawan dari berbagai Negara datang dan menyaksikannya.

Dalam kepercayaan Aluk To Dolo terdapat prinsip semakin tinggi tempat jenazah diletakkan maka semakin cepat rohnya untuk sampai menuju nirwana. Biasanya bagi kalangan bangsawan yang meninggal maka mereka memotong Kerbau yang jumlahnya 24 hingga 100 ekor sebagai kurban. Satu diantaranya bahkan kerbau belang yang terkenal dengan dengan harganya yang mahal. Upacara pemotongan ini merupakan salah satu atraksi yang khas di Tana Toraja dengan menebas leher Kerbau menggunakan sebilah parang dalam sekali ayunan, inilah yang menjadi tontonan menarik bagi wisatawan dimana masyarakat Toraja hidup dalam komunitas kecil dan mampu mempertahankan budayanya secara turun temurun.