Bromo Berhati Legowo

Ramai pembicaraan dan kasak kusuk tentang keindahan Gunung Bromo, dengan ragam sajian yang terpapar disana. Kami membuktikannya dalam perjalan singkat JhonlinMagz di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Mahakarya alam yang selalu menanti untuk dinikmati.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Gunung yang namanya diambil dari nama Dewa tertinggi umat Hindu Dewa Brahma, menyimpan segudang cerita menarik. Hampir dari kesemua kisah yang tertulis dan lisan menyatakan kekagumannya. Wisatawan manca negara dan lokal merupakan sasaran utama tebar pesona Gunung Bromo.

JhonlinMagz bersama Indonesia UTV Club berkesempatan mencicipi matahari terbit dari ketinggian 2.770 M. Saat Matahari mulai menunjukkan cahayanya yang berpendar ke Bumi. Hanya ada suara jepretan kamera, ada yang berdoa, ada yang terharu, bahkan ada yang tertegun; tak bisa bicara. Hanya beberapa menit, “Surga dunia” ini menghilang. Tak heran, jika kita ingin menikmati beberapa menit keindahan sunrise Bromo, kita harus bangun jam 3 dini hari, dengan menyewa Jip yang disediakan Komunitas Jip Bromo, untuk kemudian diantar ke lereng Bromo menggunakan kuda. Iya, kuda yang disiapkan oleh Suku Tengger masyarakat asli kawasan Gunung Bromo. Sangat direkomendasikan menggunakan jaket tebal, sarung tangan dan kupluk penutup kepala. Selain cuaca yang dingin, kabut Gunung Bromo tidak bersahabat.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Nenek Poyah dari suku Tengger yang kami jumpai berkisah, bahwa Gunung Bromo merupakan tempat dimana seorang pangeran mengorbankan hidup untuk keluarganya. Masyarakat di sini melakukan festival Yadnya Kasada atau Kasodo setahun sekali dengan mempersembahkan sayuran, ayam, dan uang yang dibuang ke dalam kawah gunung berapi untuk dipersembahkan kepada dewa. Diumurnya yang nyaris satu abad, nenek Poyah masih memiliki fisik yang kuat. Setiap hari mencari rumput untuk makanan kuda. Salah satu kuda yang kami gunakan untuk ke lereng Bromo. Menurut beliau, “Gunung Bromo selalu mengingatkan kami, jika ada hal-hal yang tidak baik kami lakukan, Bromo akan mengeluarkan debu panas jika marah, orang-orang disini paham itu, untungnya Bromo itu legowo, jika kami tidak neka neko”.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Pemandangan gurun pasir terhampar jelas saat matahari beranjak tinggi. Gurun Savanna dan Pasir Berbisik adalah sajian selanjutnya yang bisa menambah daya pikat. Biasanya tur guide telah menjadikan perjalanan wisata Bromo dalam1 paket; Sunrise, Gurun Savanna, Pasir Berbisik. Hanya dengan biaya 1 juta rupiah saja. Kita akan dibawa berkeliling di Gunung Bromo, menggunakan kendaraan Jip dan kuda. JhonlinMagz lebih memilih berjalan kaki, sesekali menggunakan ATV. Agar kami bisa bercengkrama langsung dengan suku Tengger dan wisatawan.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Kami sempat bertemu dengan sepasang muda mudi dari Lampung, yang melakukan perjalanan estafet mengelilingi Indonesia. Hanya berdua dengan menggunakan motor matic. Perjalanan mereka telah dimulai sejak September 2012. Dan, persinggahan mereka ke Gunung Bromo demi memenuhi permintaan orang tua mereka, untuk membawakan oleh-oleh foto mereka di Gunung Bromo. Berdua mereka telah menyinggahi wisata alam di berbagai pelosok Indonesia, dan hanya bermodalkan uang 5 juta rupiah. Selbihnya, keahlian mereka beradaptasi di lingkungan yang mereka lalui.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Kami juga bercengkrama denga dua ibu-ibu penjual minuman kopi, sejak tahun 1997, mereka telah berjualan di Bromo; Berjualan di tengah-tengah gurun pasir, yang jika angin menyeruak, akan menimbulkan badai pasir. Dan mereka telah terbiasa akan hal itu.

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Indonesia yang memiliki keunikan berupa laut pasir seluas 5.250 hektar, yang berada pada ketinggian ± 2.100 meter dari permukaan laut. Terdapat pura Hindu di kaki gung Bromo, pertanda mayoritas penduduk disana beragama Hindu.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Kami melanjutkan perjalanan ke Cemorolawang; Salah satu pintu masuk menuju taman nasional yang banyak dikunjungi untuk melihat dari kejauhan hamparan laut pasir dan kawah Bromo, dan berkemah. Kemudian Laut Pasir Tengger dan Gunung Bromo. Berkuda dan mendaki gunung Bromo melalui tangga dan melihat matahari terbit. Kami juga ke Pananjakan. Melihat panorama alam gunung Bromo, gunung Batok dan gunung Semeru, tidak ketinggalan ke Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo. Sangat disayangkan, cuaca yang tak mendukung, berkabut. Sehingga kami tidak bisa melihat lebih jelas panoramanya.

Musim kunjungan terbaik untuk ke Gunung Bromo adalah bulan Juni s/d Oktober dan bulan Desember s/d Januari. Dianggap waktu yang tepat, karena cuaca yang mendukung. Agar tidak apes seperti yang kami alami. Sepanjang hari hanya ada kabut tebal. Lebih kurang 3 hari kami di Bromo. Puas menikmati hamparan indahnya alam dan beberapa kali test-drive UTV di Bromo. JhonlinMagz bersama Indonesia UTV Club meninggalkan Bromo dengan menyisakan rekam jejak tentang Bromo di dalam kepala ka-mi masing – masing.

Batulicin, Bromo, Jhonlin Group
Ragam keunikan suku Tengger, suku yang berani menanti datangnya erupsi gunung merapi Bromo. Suku yang sejak abad XX, telah mengalami 3 kali letusan Bromo, dengan interval waktu yang teratur, yaitu 30 tahun. Letusan terbesar terjadi 1974, sedangkan letusan terakhir terjadi pada 2010. Suku Tengger yang kesehariannya lekat dengan polah tingkah Gunung Bromo. Tidak ada satupun diantara mereka yang tidak bisa menjelaskan, jika kita bertanya-tanya tentang Bromo dan sekitarnya. Tak percaya? ada baiknya anda mencoba membuktikannya.