BUDAYA MAPPANRETASI WUJUD SYUKUR MASYARAKAT

Nusantara terkenal dengan kekayaan budayanya yang sangat unik dan beraneka ragam suku bangsanya. Untuk mensyukuri hasil yang telah didapatkan, masyarakat Bugis menggelar upacara adat ,diantaranya Mappanre Galung (ritual adat petani/paggalung) , Mappanre Dare (ritual adat petani kebun/paddare), Mappanretasi (ritual adat nelayan/pattasi). Salah satu budaya yang terkenal di Tanah
Bumbu yang menjadi agenda wisata tahunan yakni Mappanretasi.
Jhonlin Group
Mappanretasi berasal dari bahasa Bugis, yaitu ma’ppanre (memberi makan) dan tasi (laut) atau diartikan sebagai ritual memberi makanan di laut. Mappanretasi merupakan acara ritual ungkapan syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diperoleh masyarakat Bugis Pagatan yang bermukim disekitar Pantai Pagatan yang bermata pencaharian sebagai nelayan.Upacara adat ini dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat setempat setiap tahun sekali pada bulan April atau saat musim Ikan atau musim barat mulai berakhir bertepatan dengan Peringatan Hari Nelayan Nasional (HNN). Acara Mappanretasi atau memberi makan laut dilakukan dengan

cara mellarung sesajen. Sesajenan tersebut diantaranya pisang barengseng, nasi ketan warna hitam, putih, kuning dan merah jambu. Makanan persembahan tersebut melambangkan keempat unsur yang ada di muka bumi. Tak hanya itu,sesajenan juga dilengkapi dengan ayam jantan hitam si”Kadi” dengan betina si”Manis” dan pisang raja. Setelah itu,persembahan yang terkumpul itu diiringi ayam berwarna hitam dan dibawa naik ke kapal nelayan yang telah disiapkan.Mallarung dipimpin oleh “Sandro”, Sandro merupakan gelar yang diperoleh secara turun temurun melalui titisan leluhurnya. Gelar tersebut tidak dapat diambil alih oleh orang lain. Sandro Mappanretasi didampingi oleh 12 pengiring atau dayang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 6 orang perempuan yang telah menunggu di atas kapal tersebut. Biasanya, Sandro yang mengenakan (songko recca) kopiah adat Bugis Bone dan memakai pakaian adat bugis serba kuning memberi aba-aba agar kapal bertolak dari pantai menuju ke titik tengah laut yang telah di tentukan oleh Sandro malam sebelum acara puncak. Menurut Sandro, mallarung ini dilakukan agar nelayan diberi rezeki berupa keselamatan saat berada di tenga laut dan hasil tangkapan ikan yang banyak.