Tsunami Tak Mampu Menggilas Pesona Barat Indonesia
Eksotisme laut ujung barat Indonesia pesonanya begitu memikat. Sekalipun tsunami pernah menerjang wilayah ini,kejernihan dan keindahan lautnya sulit untuk tidak diakui.Mari berpelesir!
Foto & teks Oleh: Muhammad Friardi Officer Legal, PT. Jhonlin Group
Beberapa tahun silam, bencana hebat pernah menimpa kota yang dikenal keistimewaan lautnya ini. Kini, Aceh telah kembali bangkit dengan berbagai komoditas yang dihasilkan beserta sektor pariwisata yang dibanjiri pengunjung dari berbagai kota dan negara. Penerbangan menuju Aceh tentu mudah diakses di seluruh kota besar di Indonesia. Namun untuk menuju Pulau Weh, sebuah pulau vulkanik kecil yang terletak di Kabupaten Sabang ini harus ditempuh lewat jalur air melalui pelabuhan Ulee Lheue. Ada 2 alternatif
transportasi yang dapat digunakan yakni kapal feri dan kapal cepat. Bagi Anda yang membawa kendaraan, baiknya menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh 3 jam. Namun jika tidak, maka Anda dapat menaiki kapal cepat yang hanya memakan 1,5 jam perjalanan.
Telah menjadi rahasia umum jika laut Aceh memiliki daya tarik tersendiri, seperti yang terlihat di Pantai Sumur Tiga dan Pantai Anoi Item. Kedua pantai ini memiliki keindahan laut yang begitu indah dan menyegarkan mata. Terdapat satu keunikan di pantai Anoi Item, selain karena pasirnya (anoi) berwarna hitam, kita akan menemukan batu besar yang mirip gajah sedang membungkuk. Batu tersebut diyakini terbentuk secara alami oleh perubahan cuaca dan alam.
Tak lengkap jika mengunjungi Aceh tapi tidak mampir ke monument tersohor di Aceh yakni titik nol kilometer. Konon,pengunjung monumen titik nol ini akan mendapatkan sertifikat tanda pernah berkunjung, sayangnya saat itu monumen sedang mengalami renovasi sehingga para pengunjung tidak mendapatkan sertifikat tersebut. Tak perlu berkecil hati, karena pulau Rubiah telah menunggu Anda yang hobi wisata bawah laut. Pulau ini akan mengajak Anda untuk menikmati terumbu karang beserta ikan-ikan yang
indah dengan ber-snorkeling. Untuk menuju Pulau Rubiah dapat diakses dengan 2 alternatif antara lain menggunakan boat atau berenang. Renang? Ya, karena jarak antara Pulau Rubiah dengan Pulau Weh tidak terlalu jauh, beberapa pengunjung khususnya turis asing memilih berenang menyebrangi pulau sekaligus melihat isi bawah laut dengan snorkeling.
Meskipun beberapa terumbu karang rusak karena terjangan tsunami , namun yang perlu diapresiasi adalah kesadaran penduduk lokal untuk merawat laut mereka sangat tinggi salah satunya ada;ah dengan membuang rangka motor atau mobil bekas ke laut untuk menjadi rumah ikan. Bagi Anda yang lelah menjelajahi laut seharian, di pulau Rubiah ini tersedia cottage atau penginapan dengan harga terjangkau.Barulah keesokan harinya Anda dapat kembali pulang dengan boat yang beroperasi di jam 09.00, 12.00 dan 15.00.
Aceh ternyata tak hanya terkenal dengan lautnya saja, tapi beberapa peninggalan sejarah dan tsunami yang dirawat dan diabadikan oleh pemerintah setempat. Pertama, Benteng Indraparta yang didirikan sebagai benteng pertahanan di jaman Kesultanan Aceh. Selain itu ada pula monumen kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung yang berbentuk kapal asli. Kapal yang terhempas karena gelombang tinggi tsunami ini menjadi saksi bisu kedahsyatan gelombang tinggi yang menghantam Aceh. Lalu ada lagi kapal di atas
rumah yang dijadikan monumen peringatan tsunami oleh pemerintah Aceh. Kapal ini terseret gelombang hingga akhirnya tersangkut di atas rumah dan disebut kapal atas rumah oleh masyarakat.
Tak lengkap rasanya jika kita tidak membawa buah tangan khas Aceh, kopi gayo Aceh. Bagi pecinta kopi, kopi ini tentu sangat digemari karena cita rasanya yang khas. Tak sulit untuk menikmati kopi ini karena banyak kedai kopi pinggir jalan yang menjual kopi gayo. Selain kopi, dendeng sapi atau rusa dan kue adee meureudu tak kalah nikmatnya untuk disantap bersama keluarga ketika pulang nanti. Bagi Anda yang belum memiliki rencana berlibur, Aceh mengajak Anda untuk meninggalkan tapak diantara pasir-pasir pantai dan buih lautnya.