Telinga Panjang, Budaya Dayak Yang mulai Punah

Tradisi Telinga Panjang menjadi identitas yang sangat menonjol bagi penduduk asli Kalimantan. Dengan ciri khas itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas hingga dunia internasional dan menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di Indonesia.

Jhonlin Group, budaya kalimantan, dayak, Kalimantan selatan, tanah bumbu, batulicin, h isam
Meski menjadi salah satu ciri khas yang sangat menonjol penduduk asli Kalimantan, perlahanlahan tradisi ini sekarang justru semakin ditinggalkan. Kalaupun ada yang bertahan, hanya sebagian kecil golongan generasi tua Dayak yang berumur di atas 60 tahun. Tradisi ini tidak terdapat di seluruh suku, namun hanya berkembang di beberapa Suku Dayak, seperti Dayak Kenyah, Dayak Bahau, Dayak Kayan di Kalimantan Timur, serta Dayak Iban, Dayak Kayan Taman, dan Dayak Punam di Kalimantan Barat.

Seiring perkembangan jaman dan modernisasi yang perlahan mulai masuk dan menggeser tradisi turun temurun ini. Tidak ada generasi muda sekarang yang meneruskan tradisi ini bahkan di pedalaman Kalimantan sekalipun dengan beragam alasan. Dikalangan masyarakat Dayak Kayan, pemanjangan kuping daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang atau berbentuk gasing ukuran kecil. Dengan pemberat ini daun telinga akan terus memanjang hingga beberapa sentimeter. Di Dayak Kayan pembuatan telinga panjang menunjukkan orang tersebut berasal dari kalangan bangsawan dan kebudayaan telinga panjang ini dikenal dengan nama telingaan aruu.

Ada beberapa tujuan yang melatar belakangi tradisi suku Dayak ini yakni sebagai pembeda antara kaum bangsawan dengan orang orang biasa yang bisa dilihat perbedaan anting-anting atau subang perak yang gunakan, ada juga yang menggunakannya sebagai identitas penunjuk umur seseorang. Hal ini dapat dilihat pada penambahan antinganting saat bertambahnya umur seseorang. Selain itu, ada juga sebagian dari suku Dayak yang melakukannya hanya untuk melatih kesabaran dimana beratnya manik-manik yang tergantung di telinga yang dipakai setiap hari dapat melatih kesabaran.

Kini tradisi Telinga Panjang mulai berkurang dan hampir punah, hal ini disebabkan oleh arus modernisasi dan globalisasi yang merambah Indonesia khususnya masyarakat dayak, timbul rasa malu pada sebagian besar masyarakat untuk kembali memanjangkan telinga. Namun sayangnya dari waktu ke waktu, tradisi ini semakin menghilang dan saat ini hanya tinggal sedikit orang Dayak yang masih memiliki kuping telinga panjang.