Persahabatan Bagai Kepompong, Merubah Ulat Menjadi Kupu-Kupu

Jhonlin Baratama

Yang satu suka ngejailin, yang satu menikmati kejailan temannya, yang satu doyan makan, yang satunya lagi memiliki hobby memasak, yang satunya murid dan yang satunya lagi gurunya, dan memiliki satu kesamaan; masing-masing berasal dari “ulat” yang kemudian sekarang telah berubah menjadi “kupu-kupu”. Iya, yang satunya berawal dari rumah makan Takana Juo, sekarang menjadi General Manager di PT.Dua Samudera Perkasa, dan “guru”nya sekarang telah menjadi orang no.1 di Departement Mining PT.Jhonlin Baratama. Mungkin, saya tidak perlu menjelaskan kepada anda, siapa yang jail dan siapa yang dijailin, saya yakin saja, ketika anda melihat photo diatas, anda telah bisa menebak, pastinya yang suka ngejailin dia yang memiliki senyum lebar..hehe.

Masih kurang jelas? baiklah, beliau-beliau ini adalah dua sahabat yang sejak berkenalan pada tahun 1993 hingga sekarang masih bersahabat, “saat itu saya sering makan di Takana Juo, ngobrol dengan beliau, hingga akhirnya beliau saya ajak bekerja”ujar Pak Sutarno, “beliau adalah guru pertama saya, yang mengajari saya banyak hal” sambung Pak Fahrial, “Beliau tipikal pekerja keras, itu yang saya suka dari beliau” balas Pak Sutarno. Kedua pimpinan ini berbalas pujian, salut. Dengan gaya khas mereka, Pak Fahrial nyengar-nyengir bahagia ngeliat raut Pak Tarno yang mesam mesem.

Pada tahun 2007 hingga 2009, mereka pernah tinggal serumah, “yang paling saya suka dari Pak Tarno, beliau jago masak, dan saya yang suka ngabisin masakannya, beliau juga bisa masak rendang, tapi ga enak”ujarnya tergelak, orang yang dibicarakan (lagi-lagi) mesam mesem.

Pak Sutarno dan Pak Fahrial adalah dua generasi yang berbeda, kesamaan diantara mereka salah satunya adalah; mereka bukan berasal dari pendidikan yang berbasiskan pertambangan, “bagi saya manusia itu harus bisa terus mengembangkan kemampuan dirinya, mempelajari berbagai macam hal, jangan hanya mentok disatu bidang saja, belajar adalah kuncinya” ujar Pak Tarno menjelaskan. Hal ini disambung oleh Pak Fahrial “ukuran senioritas itu hanyalah masalah umur, tapi belum tentu menentukan kemampuan” katanya.

Arti persahabatan bagi mereka adalah bisa menerima kekurangan dan kelebihan dari teman”kalau saya lagi susah, Pak Tarno juga ikut memikulnya, kalau saya senang Pak Tarno juga ikut merasakannya, begitu juga sebaliknya Pak Tarno dengan saya” sambung Pak Fahrial.

“kita berteman apa adanya, bukan karena ada apanya” ujar Pak Tarno. Telah bertahun mereka berteman, tentunya banyak hal yang telah dilalui bersama, namun dalam hal bekerja, profesionalitas tetap mereka jaga “kita tidak pernah mencampuri urusan pekerjaan masing-masing, kecuali kalau diminta” ujar Pak Fahrial.

Didalam keseharian mereka, Pak Tarno acap sekali dijailin oleh Pak Fahrial, Pak Tarno pun tak mengapa dengan hal itu ”saya sering dijailin oleh Pak Fahrial, tapi bagi saya itu bentuk pertemanan dari beliau, malah saya jadi bingung kalau tiba-tiba dia masuk keruangan  saya, diam saja dan nggak jail, artinya ada yang tidak menyenangkan” ujar Pak tarno. “saya memang suka ngerjain Pak Tarno, karena Pak Tarno itu nggak pernah marah, ..kalau beliau marah, mukanya berubah menjadi lucu..hahaha” ujar Pak Fahrial tergelak.

Mengutip dari Sindentosca, “persahabatan bagai kepompong, merubah ulat menjadi kupu-kupu”, persahabatan yang berawal dari ‘kepompong’ lalu kemudian menjadi ‘ulat’ sebelum akhirnya berubah menjadi kupu-kupu yang berwarna warni, kupu-kupu yang terbang menghiasi cakrawala, memberikan kebahagian bagi sekitarnya, bagi lingkungan sosialnya, bagi orang-orang yang mereka cintai. (RP)