Rini Yulia Setiawati,SH. “Suka Duka hidup itu kita yang bangun, Bukan hadiah dari orang lain”
Kepala Sekolah TK Jhonlin Pertiwi
Memulai karirnya menjadi kar-yawan disalah satu perusahaan Jepang yakni PT. DAI Nippon Printing Indonesia yang bergerak di bidang percetakan, perempu-an yang memiliki hobi menari, memiliki banyak cerita tentang hidupnya termaksud dengan aktivitas yang dijalaninya hari ini, menjabat sebagai kepala sekolah TK Jhonlin Pertiwi.
Ditemui diruangannya ia membeberkan pe-ngalamannya sebelum menjadi Kepala Seko-lah TK Jhonlin Pertiwi. “Sejak tahun 2005 suamiku sudah hijrah ke Kalimantan, sekitar 7 tahun saya di Bekasi dan suamiku di Batulicin, kemudian ditahun 2008 saya kembali kuliah mengajar akta IV di Universitas Islam Jakarta di Rawamangun. Selama suami hijrah ke Kalimantan Selatan, saya selalu berpikir saya harus bisa jaga diri, jaga anak-anak dan saya yakin dengan melakukan seperti itu semuanya akan baik-baik saja termaksud hubungan saya dengan suami. Setahun setelah suamiku bekerja di Batulicin, Kalimantan Selatan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja tanpa sepengetahuannya, saya memilih untuk berhenti bekerja supaya saya bisa menikmati waktu bersama anak-anak saya dimana me-reka bisa tumbuh dan belajar menjadi orang pintar seperti ayahnya.
Rini Yulia Setiawati SH, perempuan kelahiran Padang 10 Juli 1970 yang kerap disapa bunda Rini oleh anak-anak muridnya. Disela-sela obrolan kami, Ibu dari Lani dan Ryan membeberkan mengenai pertemuannya dengan sang suami tercinta, menurut ceritanya, “Saya dan suami dulunya satu Universitas Andalas Padang, kami sama-sama jurusan hukum dan satu organisasi yakni Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) dimana Uda ketua Mapala dan saya anggotanya, Selama menjalani proses perkuliahan kami pacaran kurang lebih sekitar 7 tahun. Beberapa kali kami sempat putus-nyambung, tapi saya melihat keseriusannya dengan sikap dia ke saya, itu semua memantapkan saya untuk memilihnya. Satu hal yang selalu ia katakan kepada saya, “Kita pacaran sampai tua, intinya kita mesti menjaga semua itu tidak boleh ada yang berubah seiring dengan berjalannya waktu”, ungkapnya sambil tertawa dan mengenang.
Berbagai prestasi pada seni tari khususnya menari telah diraihnya, salah satunya menjadi salah satu penari terbaik di Sumatera Barat. Dari kecil Istri Irwanul Fitri, SH. ini sangat suka menari dan sampai hari ini kebiasaan itu diturunkan dan diajarkan ke anaknya dan murid-murid TK Jhonlin Pertiwi melalui kegiatan Ekstrakurikuler setiap minggunya.
“Kebanyakan orang bilang kalau jadi guru TK kita harus mempunyai kesabaran padahal yang aku alami selama ini berbeda, bukan kita yang mesti sabar dulu baru menghadapinya tapi anak-anak yang mengajarkan kita untuk sabar. Saya senang dengan apa yang saya laku-kan hari ini, dimana saya dapat menjadi seorang pembimbing anak-anak. Apalagi visi kami sebagai seorang pembimbing, menjadi-kan anak berdasarkan Imtak menjadi anak yang mandiri, mandiri itu indikatornya lepas dari orang tua, dapat menulis dan berinteraksi dengan orang-orang disekelilingnya. Tapi satu hal yang selalu ditanamkan suamiku “Dimana pun, kapan pun kalau kita benar tidak usah takut, tapi kalu memang salah kita mesti bisa menghadapi dan menerima semua resiko dari apa yang telah kita perbuat”.
Setelah menjalani semuanya aku sadar guru merupakan salah satu komponen pendi-dikan yang memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa maju atau tidaknya pendidikan di suatu daerah ditentukan oleh kualitas guru-guru yang ada di daerah itu. Oleh sebab itu, kesuk-sesan dunia pendidikan kita dipengaruhi oleh kesuksesan seorang guru.
Satu hal yang bisa kita lihat dari penga-laman kepala sekolah TK Jhonlin Pertiwi. Bahwa suka dan duka hidup itu kita yang bangun, bukan hadiah dari orang lain. Jadi selama kita berusaha menjadi orang yang baik dan benar kita tidak perlu takut, nah kalaupun kita salah kita harus berani mengakui kesalahan apa yang telah diperbuat.
“Menjadi seorang pembimbing anak – anak usia dini tidak dengan bersiap bersikap sabar, tapi anak – anak polos itulah yang mengajarkan kita untuk sabar”.