PACU ADRENALIN DI KETINGGIAN
Panjat dinding/tebing tidak sekedar berbicara tentang kemampuan fisik melainkan bagaimana memadukan kemampuan fisik dan kerja otak sehigga memiliki konsentrasi,kesabaran, pengendalian diri dan tentunya mental yang besar untuk menyelesaikannya.
Panjat dinding/tebing merupakan salah satu jenis olahraga extreme yang sudah masuk dalam cabang olahraga dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional sejak tahun 2000. Karena dikategorikan sebagai olahraga berbahaya,tentunya diperlukan pengetahuan yangbanyak dan peralatan yang memadai karena olahraga ini identik dengan ketinggian. Meskipun dikategorikan sebagai olahraga yang extreme, tidak menyurutkan semangat Benny Saputra, salah satu karyawan PT. Jhonlin Baratama yang sudah menekuni hobi ini sejak duduk di bangku SMA hingga saat ini.
Saat ditanya sejak kapan menyukai climbing, pria kelahiran Kotabaru 25 November 1987 mengatakan telah menggeluti olahraga panjat dinding/tebing saat bergabung di kegiatan ekstrakulikuler Siswa Pecinta Alam (Sipala Sewangi SMAN 1 Batulicin) sejak kelas 1 SMA sampai sekarang, kurang lebih sekitar 12 tahun. Selama bergabung di Sipala, ia dilatih cukup keras dan diajarkan mengenai teori serta teknik-teknik pemanjatan serta praktik di beberapa tebing yang ada di Batulicin maupun Kotabaru oleh Bang Rahmatullah (Tim ERT JG) selaku instruktur panjat dinding/tebing saat itu.Sejak tamat SMA pria yang akrab disapa Benny lebih meningkatkan kemampuannya dengan bergabung dengan Orgasnisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Justiti FH Unlam Banjarmasin.
Untuk pertama kali tahun 2004 di kejuaraan panjat dinding tingkat pelajar se Kalimantan Selatan kategori kecepatan yang diadakan di SMKN 1 Batulicin, ia berhasil meraih peringkat pertama. Dari sinilah dirinya melanjutkan perjalanannya untuk mengeksplorasi lebih jauh tebing-tebing yang ada di Kalimantan Selatan bersama rekan-rekannya di Organisasi MAPALA Unlam Banjarmasin ia lalu mengikuti berbagai kejuaraan baik tingkat Fakultas, Universitas maupun daerah serta regional Kalimantan mewakili komunitas dan 2 kali pada tahun 2005 dan 2010 di Pekan Olahraga Provinsi mewakili Kabupaten Tanah Bumbu. Puluhan penghargaan telah diraih selama menjalani hobi ini.
Disela-sela aktivitasnya sebagai karyawan PT. Jhonlin Baratama, Mahasiswa Unlam Banjarmasin ini masih sering menyempatkan ke Banjarmasin baik sekedar latihan kecil atau berbagi pengalaman dengan atlet binaan. Bahkan jika ada kompetisi di Kal-Sel biasanya ia diundang untuk ikut dalam pembuat jalur atau juri kategori. Jadi diperlukan niat yang besar dan konsisten bagi mereka yang mau memulai menekuni hobi ini, karena memerlukan ketekunan dan latihan yang sangat panjang. Selain itu, ada baiknya ikut bergabung dalam klub/federasi panjat supaya bisa dibina dengan baik. Tidak hanya itu saja, pria yang sangat menyukai semua hal tentang kopi ini masuk dalam Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kabupaten Tanah Bumbu,salah satu cabang olahraga binaan KONI Tanah Bumbu dan dipercaya sebagai Sekretaris Umum. Disamping itu juga ia terdaftar sebagai anggota bidang hukum di FPTI Provinsi Kalimantan Selatan.
Kalau ditanya manfaat apa yang didapatkan dari hobi ini, menurutnya sangat banyak.Olahraga panjat dinding/tebing tidak sekedar berbicara tentang kemampuan fisik melainkan bagaimana memadukan kemampuan fisik dan kerja otak untuk menyelesaikan jalur yang telah disiapkan. Intinya atlet panjat dituntut untuk memiliki konsentrasi, kesabaran, pengendalian diri dan tentunya mental yang besar. Karena tidak semua orang berani berada berada diketinggian dengan hanya menggunakan seutas tali kecil dan pegangan yang kadangkadang cuman sebesar kelereng. Disamping itu, olahraga seperti ini mampu menjaga kondisi tubuh juga memperat silahturahim antar sesama dan melatih kekompakan tim.“Saya sangat mencintai alam, ketika saya melakukan pemanjatan di tebing yang notabene nya alam bebas dan sampai pada puncak tebing, saya selalu dibuat terkagum dengan keindahan alam yang begitu menenangkan, dengan memanjat saya juga belajar untuk menikmati hidup dan selalu mensyukuri kebesaran tuhan.”