Berpacu di Jalur Keberhasilan Dengan Melawan Diri Sendiri
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri merupakan kompetisi untuk mengalahkan rasa takut dari semua beban yang ada.
Sudah menjadi tabiat dan karakter orang-orang yang beriman untuk merasa senang dengan ketaatan dan merasa sedih dengan kemaksiatan. Sebagaimana aqidah yang dipegang teguh, bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan, dan berkurang karena kemaksiatan. Begitu juga dengan keberhasilan yang di bangun. Bukan karena kemenangan atas orang lain melainkan kemenangan melawan diri sendiri.
Kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri. Berpacu di jalur keberhasilan diri adalah pertandingan untuk mengalahkan rasa ketakutan, keengganan, keangkuhan, dan semua beban yang menghambat diri di tempat awal dimana semuanya dimulai. Jerih payah untuk mengalahkan orang lain sama sekali tak berguna. Motivasi tak semestinya lahir dari rasa iri, dengki atau dendam. Keberhasilan sejati memberikan kebahagiaan yang sejati, yang tak mungkin diraih lewat niat yang ternoda, namun keinginan untuk melawan diri sendiri dari sikap-sikap yang menghambat kesuksesan yang dibayangkan. Oleh karenanya, banyak orang melatih diri agar semakin kuat, semakin tangguh dan dapat mengalahkan dirinya sendiri.
Seringkali kenyataan tak bisa dihadapi dengan pendirian kuat, atau diatasi dengan ketangguhan otot, atau dipecahkan dengan kemauan keras. Ada banyak hal yang tak bisa diterima, namun harus siap menerimanya. Maka, senantiasa kita membutuhkan sebuah kelenturan sikap. Melawan diri untuk hal yang semesti-nya kita tidak dapat diperoleh, namun berusaha mengalahkan di-ri untuk meraihnya. Kelenturan sikap bukan pertanda kelema- han, melainkan sebuah kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu sebagaimana adanya. Bila kita menganggap bahwa mengatasi persoalan adalah dengan menerima persoalan itu, maka kita akan menemukan separuh kekuatan yang sebenarnya untuk mengalahkan diri ini, sebagaimana yang dilakukan orang-orang yang berhasil menjadi pemenang.
Ibarat seperti pelari yang berlari untuk mengalahkan pelari yang lain, akan tertinggal karena sibuk mengintip persiapan lawannya. Pelari yang berlari untuk memecahkan recordnya sendiri tak peduli apakah pelari lain akan menyusulnya atau tidak. Tak peduli dimana dan siapa lawan-lawannya, terus berusaha untuk mengalahkan dirinya dari ketidakmampuan. Bertading dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain. Keinginan untuk mengalahkan orang lain adalah awal dari kekalahan diri sendiri. Jadi tetap berpikir kalau semuanya berasal dari bagaimana kita berpacu di jalur kemenangan kita, tanpa berpikir kemenangan sejati bukanlah kemenangan atas orang lain. Namun, kemenangan atas diri sendiri
Sama halnya dengan yang dilakukan saat ramadhan, melawan diri untuk menahan lapar dan haus serta pikiran – pikiran negatif. Kedatangan bulan ramadhan di setiap tahun merupakan penyejuk hati dan penentram perasaan. Dengan kesejukan suasana ramadhan kita dilatih untuk mengendalikan berbagai keinginan nafsunya, ditundukkan, digembleng dan dibina agar taat serta mendahulukan kecintaan Rabbnya di atas segala-galanya. Inilah salah satu cara untuk melatih melawan diri. Selain melawan diri dari lapar dan haus juga dapat menjadi pribadi yang tangguh dengan tidak memaksakan ego demi memperoleh apa yang diingkan. Inilah salah satu upaya untuk memacu prestasi dalam proses pencapaian dengan berusaha mengalahkan diri sendiri.